BAB I
HAKEKAT MEDIA PENYULUHAN
Oleh: Sutoyo, SP, MP*
HAKEKAT MEDIA PENYULUHAN
Oleh: Sutoyo, SP, MP*
A. PENYULUHAN SEBAGAI PROSES PEMBELAJARAN
Dalam Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) Tahun 2006 Bab I, Pasal 1, Ayat 2 dijelaskan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Sebagai proses pembelajaran, penyuluhan melibatkan dua pihak yaitu petani sebagai pembelajar dan penyuluh sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Sebab sesuatu dikatakan belajar apabila memenuhi beberapa ciri berikut: - Belajar sifatnya disadari.
Dalam hal ini petani harus sadar bahwa dirinya sedang belajar, sehingga timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untuk memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya, selanjutnya mau merubah pola perilaku usahataninya dari usahatani subsisten ke arah usaha dan sistem agribisnis. - Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses.
Dalam hal ini, pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap tidak diperoleh dengan spontanitas atau instant, namun bertahap (sequential). Seorang petani mau dan mampu melaksanakan agribisnis padi organik tidak diperoleh dalam waktu sesaat, namun melalui proses cukup lama. Kemauan dan kemampuan melakukan usaha agribisnis padi organik diawali dengan mengenal agribisnis padi organik, kemudian tertarik dan berminat untuk melakukannya. Selanjutnya dia akan berusaha mempelajari lebih lanjut, mengevaluasi, mencoba, barulah dia mau melaksanakan dalam usahataninya. - Belajar membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya manusiawi.
Pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi baru misalnya agribisnis padi organik, didapatkan dengan adanya hubungan antara petani yang bersangkutan dengan petani lain yang telah berhasil melaksanakan agribisnis tersebut ataupun dengan penyuluh pertanian. Proses interaksi ini akan lebih cepat memberikan dampak perubahan apabila terjadi hubungan interpersonal dari hati ke hati secara manusiawi.
B. PENYULUHAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa penyuluhan merupakan proses pembelajaran. Salah satu ciri belajar adalah membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yan g sifatnya manusiawi. Dalam hal ini terjadi komunikasi dua arah antara penyuluh sebagai fasilitator dan petani sebagai pembelajar. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan merupakan proses komunikasi, artinya di dalam penyuluhan terjadi proses penyampaian pesan dari seseorang sebagai sumber pesan kepada seseorang orang atau sekelompok orang sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan berupa inovasi baru, yakni bisa ide, teknologi, atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau sekelompok individu. Nah, selanjutnya oleh komunikator atau penyuluh, pesan tersebut diubah dalam bentuk sandi-sandi atau lambang-lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyi, gambar, dan sebagainya agar dapat dimengerti oleh petani sebagai komunikan. Melalui saluran (channel) seperti gelombang udara, radio, film, OHP, LCD, televisi, pesan diterima oleh petani sebagai komunikan lewat alat indera (mata dan telinga). Segala sesuatu yang diterima oleh alat indera ini disebut stimuli. Stimuli ini selanjutnya disalurkan ke syaraf otak untuk dilakukan proses pemaknaan sehingga bisa dipahami oleh si penerima. Di bawah ini digambarkan proses komunikasi sebagai berikut:
Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen, yang diantaranya komunikator, komunikan, channel, massage, feed back dan noise/barier. Pesan yang disampaikan komunikator diteruskan oleh saluran atau channel sampai ke komunikan sebagai penerima pesan. Dipahami atau tidaknya sebuah pesan oleh komunikan dapat diketahui dari feed back yang diberikan oleh komunikan. Feed positif menunjukkan bahwa pesan dipahami oleh komunikan dengan baik, sebaliknya feed back negatif menunjukkan bahwa pesan mungkin saja tidak dipahami dengan benar oleh komunikan. Untuk membantu penyampaian pesan ini diperlukan saluran berupa media penyuluhan. Faktor yang dapat menyebabkan pesan tidak dipahami secara baik karena adanya noise dan barier atau hambatan dan gangguan. Noise ini dapat dialami oleh komunikator, bisa terjadi pada komunikan, pada pesan juga pada channel. Misalnya sasaran atau petani tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh penyuluh disebabkan karena perutnya sakit, berarti ini gangguan pada komunikan. Petani tidak dapat menerima materi dengan jelas karena banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan sebelah sehingga menimbulkan suaran berisik, ini merupakan salurannya yang terganggu. Penyuluh kurang antusias atau bersemangat dalam menyampaikan materi karena di rumah sedang ada masalah, ini gangguan pada komunikator.
Selain faktor-faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas sebuah komunikasi, baik faktor yang terjadi pada pengirim pesan maupun pada penerima pesan. Ishak (1995:3) menjelaskan diantaranya:
- Kemampuan berkomunikasi dari penyampai pesan, seperti kemampuan bertutur dan berbahasa dan kemampuan menulis. Sedanghkan faktor dari penerima pesan diantaranya kemampuan untuk menerima dan menangkap pesan seperti mendengar, melihat, dan menginterpretasikan pesan.
- Sikap dan pandangan penyampai pesan kepada penerima pesan dan sebaliknya, misalnya, rasa benci, pandangan negatif, prasangka, merendahkan satu diantara kedua belah pihak, sehingga akan menimbulkan kurangnya respon terhadap isi pesan yang disampaikan.
- Tingkat pengetahuan baik penerima maupun penyampai pesan. Sumber pesan yang kurang memahami informasi yang ingin dicapai akan mempengaruhi gaya dan sikap dalam proses penyampai pesan. Sebaliknya, penerima pesan yang kurang mempunyai pengalaman terhadap informasi yang disampaikan tidak akan mampu mencerna informasi dengan baik.
- Latar belakang sosial budaya dan ekonomi penyampai pesan serta penerima pesan. Ketanggapan penerima pesan dalam merespon informasi tergantung dari siapa dan oleh siapa pesan itu disampaikan.
Bagan di atas menunjukkan bahwa dalam proses penyuluhan itu terdapat pesan-pesan yang harus dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari suatu materi penyuluhan. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh penyuluh kepada petani melalui suatu media dengan menggunakan metode penyluhan tertentu.
Dalam sistem penyuluhan, petani tidak hanya perpesan sebagai komunikan atau penerima pesan, tetapi juga berperan sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti ini, maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication), bahkan komunikasi dapat juga berlangsung dengan banyak arah (multi way traffic communication). Dalam bentuk komunikasi penyuluhan apapun, sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan/kompetensi. Artinya, proses penyuluhan tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur pesan lewat media tersebut. Menurut Berlo (1960), komunikasi tersebut akan efektif jika ditandai dengan adanya “area of experience” atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.
C. KEDUDUKAN MEDIA DALAM SISTEM PENYULUHAN
Sebelum membahas tentang sistem penyuluhan, kita pahami dulu kata sistem. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Penyuluhan dikatakan sebagai sistem karena didalamnya mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapau suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing komponen saling berkaitan erat merupakan satu kesatuan. Untuk lebih memahami sistem penyuluhan lihatlah gambar di bawah ini.
Proses perancangan penyuluhan selalu diawali dengan identifikasi potensi wilayah dan permasalahan yang dialami oleh petani. Atas dasar itulah penyuluh merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dan materi penyuluhan. Usaha untuk menunjang pencapaian tujuan penyuluhan dibantu oleh penggunaan alat bantu penyuluhan yang tepat disesuaikan dengan karakteristik komponen penggunanya. Setelah itu penyuluh mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan penyuluhan maupun dampak penyuluhan. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik terhadap kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan. Aapabila ternyata tingkat pencapaian tujuannya rendah, maka penyuluh mengidentifikasi bagian-bagian apa yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat bagaimana efektivitasnya, apakah yang menjadi faktor penyebabnya.
D. PENGERTIAN MEDIA
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai media, baiklah kita simak dulu pengertiannya. Kata “media” berasal dari kata latin, perupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfial kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut:
- Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram, 1977).
- Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (IIEA, 1969)
- Alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970)
- Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977)
- Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne, 1970).
- Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Winarso, 1989).
Selain pengertian media seperti yang diuraikan di atas , masih terdapat pengertian lain yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Coba anda perhatikan beberapa pengertian media penyuluhan berikut ini:
- Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977)
- Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya. (Briggs, 1977).
- Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)
Perangkan lunak (software) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/materi penyuluhan. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya perhatikan contoh sederhana berikut ini: Pesawat Televisi yang tidak mengandung pesan/ materi penyuluhan belum bisa disebut media penyuluhan, itu hanya peralatan saja atau perangkat keras saja. Agar dapat disebut sebagai media penyuluhan maka pesawat televisi tersebut harus memngandung informasi atau pesan penyuluhan yang akan disampaikan. Ada pengecualian, apabila anda misalnya saja menggunakan pesawat televisi sebagai alat peraga untuk menerangkan tentang komponen-komponen yang ada dalam pesawat televisi dan cara kerjanya, maka pesawat televisi yang anda gunakan tersebut dapat berfungsi sebagai media pembelajaran.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa (a) media penyuluhan merupakan wadah dari pesan, (b) materi yang ingin disampaikan adalah pesan penyuluhan, (c) tujuan yang ingin dicapai ialah proses penyuluhan. Selanjutnya penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkinan bagi petani untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan dalam melakukan ketrampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan penyuluhan.
Pada awal sejarah pembelajaran, media hanya merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Kemudian dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio, pada pertengahan abad ke-20 lahirlah alat bantu audio visual yang terutama menggunakan pengalaman yang kongrit untuk menghindari verbalisme. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling kongrit ke yang paling abstrak.
- Lambang kata
- Lambang visual
- Gambar tetap, rekaman, dan radio.
- Gambar hidup
- Televisi
- Pameran museum
- Darmawisata
- Percontohan
- Pengalaman Dramatisasi
- Pengalaman tiruan
- Pengalaman Langsung.
- Dalam paradigma pertama, media pembelajaran sama dengan alat peraga audio visual yang dipakai oleh instruktur untuk melaksanakan tugasnya.
- Dalam paradigma kedua, media dipandang sebagai sesuatu yang dikembangkan secara sistem serta berpegang pada kaidah komunikasi.
- Dalam paradigma ketiga, media dipandang sebagai bagian integral dalam sistem pembelajaran dan karena itu menghendaki adanya perubahan pada komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran.
- Media pembelajaran, dalam paradigma ke empat, lebih dipandang sebagai salah satu sumber yang dengan sengaja dan bertujuan dikembangkan dan atau dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
E. MANFAAT MEDIA
Perolehan pengetahuan petani seperti digambarkan oleh Kerucut Pengalaman Edger dalam proses pembelajaran, bahwa pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme. Artinya, petani hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung didalamnya. Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi. Oleh sebab itu, sebaiknya petani memiliki pengalaman yang lebih konkrit, pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan. Secara umum media mempunyai keguanaan:
- Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
- Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
- Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dan sumber belajar.
- Memungkinkan petani belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
- Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
- Penyampaian pesan penyuluhan dapat lebih terstandar
- Pembelajaran dapat lebih menarik
- Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan tori belajar.
- Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.
- Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
- Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.
- Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
- Peran guru berubah kearah yang positif.
- Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
- Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal in mengandung pengertian yang tidak beridiri sneidir tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
- Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan sisi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.
- Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.
- Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
- Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
- Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
- Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkretkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan tentang sistem peredaran darah manusia, arus listrik, berhembusnya angin, dsb, bisa menggunakan media gambar atau bagan sederhana.
- Menghadirkan obyek-obyek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program televisi tentang binatang-binatang buas seperti harimau dan beruang, atau hewan-hewan lainnya seperti gajah, jerapah, dinosaurus, dsb.
- Menampilkan obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya akan menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dsb. Atau menampilkan obyek-obyek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, atau hewan/benda kecil lainnya.
- Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Denga menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion) dalam media film bisa memperlihatkan tentang lintasan peluru, melesatnya anak panah, atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat seperti pertumbuhan kecambah. Mekarnya bunga wijaya kusuma dan lain-lain.